Bermain Bersama: Kunci Interaksi dan Belajar Anak
Penelitian oleh S. Koşkulu dan rekan (2021) dalam Infant Behavior & Development menemukan sesuatu yang menarik dan sering terlewat oleh banyak orang tua: jumlah dan jenis mainan yang diberikan pada anak dapat memengaruhi seberapa dalam interaksi antara orang tua dan anak.
10/13/20253 min read
Dalam eksperimen mereka, ketika anak diberi lebih sedikit mainan — misalnya hanya 3 atau 4 buah — dan bermain bersama orang tua, durasi kontak mata meningkat, anak lebih banyak tersenyum dan merespons, serta lebih sering mengikuti instruksi sederhana seperti “taruh di sini” atau “ayo lihat ini!”.
Artinya, kualitas joint attention (perhatian bersama terhadap satu objek) meningkat signifikan.
Kenapa hal ini penting?
Karena joint attention adalah fondasi utama perkembangan bahasa dan sosial anak.
Saat anak melihat sebuah benda dan mendengarkan orang tua menyebutkan namanya — misalnya “ini pizza”, “ini warna merah”, atau “ini tangan” — terjadi pengikatan makna antara kata dan pengalaman visual.
Proses sederhana ini adalah cikal bakal anak belajar berbicara, memahami instruksi, dan mengembangkan empati.
Lebih dari itu, rutinitas bermain bersama juga membantu membentuk regulasi emosi dan fokus belajar.
Anak yang sering mengalami interaksi hangat cenderung memiliki attention span (rentang fokus) yang lebih panjang dan kemampuan sosial yang lebih baik ketika masuk usia sekolah.
Sebaliknya, anak yang bermain sendiri tanpa bimbingan cenderung cepat bosan atau berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas lain tanpa arah yang jelas.
Bermain bersama bukan berarti orang tua harus selalu mengatur. Justru, kuncinya adalah ikut terlibat dalam dunia anak tanpa mengambil alih arah permainan.
Berikut beberapa cara sederhana — tapi sangat efektif — untuk membangun kebiasaan guided play di rumah:
Mainkan bersama, bukan hanya mengawasi
Alih-alih hanya duduk di dekat anak sambil memperhatikan, cobalah ikut menyentuh, mencontohkan, atau berbicara dengan nada lembut.
Misalnya saat bermain dengan Pizza Play Set, orang tua bisa berkata,
“Kita buat pizza untuk Ayah ya. Pertama taruh saus, lalu kejunya, lalu topping jamur…”
Kalimat sederhana ini bukan sekadar instruksi, tapi dialog interaktif yang memperkaya kosa kata dan memperkuat ikatan emosional.
Ikuti alur anak
Anak sering kali punya imajinasi liar dan lucu — mungkin mereka ingin membuat pizza berwarna ungu atau sandwich dengan topping bunga.
Daripada meluruskan, ikutlah dalam cerita mereka.
“Wah, ternyata pelangganmu suka pizza pelangi ya? Yuk, kita tambahkan topping rahasia!”
Dengan cara ini, anak merasa dihargai dan bebas bereksplorasi, sementara orang tua tetap menjadi bagian dari permainan.
Ini membantu mengembangkan kepercayaan diri, fleksibilitas berpikir, dan kemampuan mengambil peran sosial.
Gunakan kontak mata dan bahasa tubuh
Kontak mata adalah bentuk komunikasi paling awal dan mendalam bagi anak.
Ketika orang tua menatap mata anak, tersenyum, atau mengangguk dengan penuh perhatian, otak anak melepaskan hormon oksitosin — zat yang berhubungan dengan rasa aman dan kedekatan emosional.
Cobalah kegiatan seperti Busy Page bertema Keong Berhitung.
Saat anak memindahkan angka satu per satu, orang tua bisa ikut menunjuk dan berkata,
“Satu… dua… tiga… bagus sekali!”
Kegiatan berirama seperti ini tidak hanya melatih fokus dan hitung dasar, tapi juga menciptakan momen emosional yang menenangkan.
Pilih sedikit mainan, tapi gunakan sepenuhnya
Terlalu banyak mainan justru membuat anak cepat berpindah dan kehilangan fokus.
Sebuah penelitian oleh C. Dauch et al. (2018) membuktikan bahwa anak yang bermain dengan sedikit mainan (4 dibanding 16) menunjukkan durasi bermain lebih lama dan eksplorasi yang lebih kreatif.
Karena itu, sebaiknya pilih 2–3 mainan Kisupp yang punya variasi cara bermain:
Pizza Play Set → melatih komunikasi dan peran sosial.
Busy Page Rocket → fokus dan koordinasi tangan-mata.
Body Parts Puzzle → mengenalkan tubuh dan bahasa deskriptif (“ini tangan, ini mata”).
Dengan jumlah yang terbatas tapi aktivitas kaya, anak belajar fokus lebih lama dan menikmati permainan secara mendalam — bukan sekadar berpindah dari satu stimulus ke stimulus lain.
Mengubah Kebiasaan Harian Jadi Waktu Bermain Bermakna
Bermain bersama tidak harus selalu lama.
Bahkan 10–15 menit interaksi penuh perhatian setiap hari sudah cukup untuk membangun hubungan yang kuat dan menstimulasi otak anak secara optimal.
Misalnya:
Di pagi hari, sambil menyiapkan sarapan, orang tua bisa mengajak anak bermain menyusun sandwich mainan, menyebutkan bahan-bahan dan warnanya.
Di sore hari, gunakan Busy Page sebagai “ritual tenang” sebelum tidur siang, sambil berbicara lembut atau menghitung angka bersama.
Di akhir pekan, mainkan Dress Up Set, biarkan anak memilih pakaian untuk karakter boneka sambil berdialog ringan tentang perasaan (“hari ini kamu mau baju warna apa?”).
Kebiasaan kecil seperti ini, bila dilakukan rutin, memberi efek jangka panjang terhadap perkembangan bahasa, empati, dan regulasi emosi anak.
Bermain bersama bukan sekadar aktivitas — ia adalah investasi emosional dan kognitif untuk masa depan anak.
Melalui mainan seperti yang dikembangkan Kisupp Studios, orang tua bisa dengan mudah menciptakan momen sederhana yang berharga:
tertawa, bercerita, dan belajar bersama.
Seperti kata American Academy of Pediatrics (2018):
“The best toys are those that support parents and children playing together.”
Dan di setiap produk Kisupp, nilai itu menjadi nyata —
karena yang paling penting bukan seberapa banyak anak bermain,
tetapi dengan siapa mereka bermain, dan bagaimana mereka tumbuh bersamanya.




