Bermain: Kunci Perkembangan Otak dan Emosi Anak
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP, 2018) dalam pernyataan kebijakan berjudul “The Power of Play: A Pediatric Role in Enhancing Development,” bermain bukan hanya kegiatan rekreasi, tetapi fondasi penting bagi struktur dan fungsi otak anak. “Play is essential to the development of children’s brains, supporting learning, stress management, and relationship building.” — American Academy of Pediatrics, 2018
10/13/20253 min read
Bermain Tanpa Layar, Lebih Bermakna
Di era digital saat ini, banyak anak mengenal dunia pertamanya melalui layar — tablet, ponsel, atau televisi. Namun, penelitian konsisten menunjukkan bahwa stimulasi terbaik untuk perkembangan anak justru berasal dari interaksi manusia dan permainan fisik di dunia nyata.
American Academy of Pediatrics (AAP) menegaskan bahwa bermain adalah aktivitas biologis penting yang membentuk struktur dan fungsi otak anak. Dalam pernyataannya tahun 2018, AAP menulis:
“The best toys are those that support parents and children playing together.”
— American Academy of Pediatrics, 2018
Artinya, mainan terbaik bukanlah yang paling canggih atau paling mahal, melainkan yang paling memfasilitasi hubungan manusia — mainan yang mendorong anak untuk berbicara, berpikir, berimajinasi, dan berinteraksi dengan orang lain.
Kenapa Bermain Tanpa Layar Lebih Efektif
Saat anak berinteraksi langsung dengan benda — menggenggam, menata, menyusun, atau berpura-pura — seluruh sistem sensori dan motorik mereka aktif.
Aktivitas ini melibatkan koordinasi tangan-mata, atensi, bahasa, dan perencanaan tindakan (executive function).
Sebaliknya, ketika anak bermain dengan layar, otak cenderung menjadi penerima pasif. Gerak tubuh terbatas, fokus cepat bergeser, dan kemampuan untuk berimajinasi sering kali menurun karena semua stimulus sudah “disiapkan” oleh aplikasi atau video.
Ketika anak memegang, merasakan, dan berinteraksi dengan benda nyata — seperti potongan sandwich, puzzle tubuh, atau kartu gambar — seluruh sistem sensori mereka bekerja bersamaan. Mereka merencanakan tindakan, menggunakan bahasa, mengoordinasikan gerak tangan dan mata, serta belajar berpikir logis.
Sebaliknya, saat bermain dengan layar, stimulus visual dan suara sudah “disiapkan”, sehingga ruang bagi imajinasi dan eksplorasi mandiri jadi lebih sempit. Anak menjadi penerima pasif alih-alih pencipta aktif.
Selain itu, bermain tanpa layar membuka ruang untuk interaksi orang tua dan anak. Percakapan kecil, tawa, atau kerja sama sederhana menjadi pengalaman emosional yang membentuk rasa percaya diri dan kelekatan (secure attachment) — pondasi penting bagi perkembangan sosial dan mental di masa depan.
Inilah alasan mengapa Kisupp Studios merancang setiap produk dengan pendekatan “meaningful play, not screen play.”
Setiap mainan dibuat agar anak bisa berinteraksi langsung — dengan benda, orang tua, dan dirinya sendiri — tanpa ketergantungan pada layar digital.
Melalui kegiatan seperti berpura-pura menjadi koki, menata balok, atau bercerita bersama, anak bukan hanya bermain, tapi belajar memahami dunia sosialnya. Mereka belajar mengatur emosi, mengambil giliran, mengenal empati, dan menyusun logika dasar tentang sebab-akibat.
Inilah alasan mengapa Kisupp Studios merancang setiap produk dengan pendekatan “meaningful play, not screen play.”
Setiap mainan dibuat agar anak bisa berinteraksi langsung — dengan benda, orang tua, dan dirinya sendiri — tanpa ketergantungan pada layar digital.
Melalui kegiatan seperti berpura-pura menjadi koki, menata balok, atau bercerita bersama, anak bukan hanya bermain, tapi belajar memahami dunia sosialnya. Mereka belajar mengatur emosi, mengambil giliran, mengenal empati, dan menyusun logika dasar tentang sebab-akibat.
Set Membuat Jus — Belajar Bahasa & Imajinasi Lewat Bermain Peran
Bermain pura-pura atau pretend play adalah salah satu bentuk permainan paling kaya makna dalam perkembangan anak.
Menurut penelitian dari Frontiers in Human Neuroscience (Hashmi et al., 2020), saat anak terlibat dalam permainan imajinatif seperti berpura-pura menjadi penjual jus atau pelanggan, area otak yang berhubungan dengan empati, komunikasi, dan kreativitas sosial ikut aktif.
Pada permainan Set Membuat Jus, anak berpura-pura mencampur buah, menuang, dan melayani pesanan “pelanggan”.
Mereka belajar mengenali warna dan bentuk, menyebut nama buah, hingga menyusun urutan langkah — semua ini melatih bahasa reseptif (mendengar dan memahami) serta bahasa ekspresif (berbicara dan menyampaikan ide).
Kisupp Body Learning Puzzle — Mengenal Tubuh dan Kesadaran Diri
Anak-anak sering kali tahu cara menggambar wajah tersenyum, tapi belum tentu memahami bagaimana tubuh mereka bekerja.
Lewat Body Learning Puzzle, anak belajar mengenal bagian tubuh dari kepala hingga kaki dengan cara yang menyenangkan dan tak menakutkan.
Saat anak menyusun bagian tubuh satu per satu, mereka sebenarnya sedang mengembangkan konsep diri (self-awareness) — memahami bahwa tubuh mereka unik dan perlu dijaga.
Penelitian dalam Early Child Development and Care (2021) menunjukkan bahwa anak yang memiliki kesadaran tubuh yang baik lebih percaya diri, lebih tanggap terhadap kebutuhan diri, dan lebih mudah belajar keterampilan sosial karena mampu membaca ekspresi serta gestur orang lain.
Puzzle ini juga mendukung pengenalan konsep sains dasar seperti fungsi organ (“mata untuk melihat, kaki untuk berjalan”) dengan cara visual yang mudah dipahami.
Bagi orang tua, ini bisa menjadi momen bonding — sambil bermain, bisa diselipkan nilai-nilai seperti menjaga kesehatan, berpakaian, atau mengenali emosi melalui ekspresi tubuh.
Kisupp Flashcards Set — Bahasa, Memori, dan Interaksi
Flashcard mungkin terlihat sederhana, namun justru di kesederhanaan itulah kekuatannya.
Ketika anak melihat gambar lalu menyebutkan nama benda, warna, atau hewan, mereka sedang mengaktifkan memori visual dan verbal secara bersamaan.
Riset dari Journal of Child Language (2020) menjelaskan bahwa pengulangan aktif dengan media bergambar meningkatkan word retention (daya ingat kata) hingga 40% lebih efektif dibanding belajar pasif melalui layar.
Kisupp Flashcards Set dirancang dengan gambar berwarna lembut dan kata sederhana, membantu anak membangun kosakata dasar sekaligus kemampuan berkomunikasi.
Lebih dari sekadar menghafal kata, flashcard ini bisa menjadi alat interaksi orang tua-anak. Misalnya, orang tua bertanya, “Di mana kucingnya?” lalu anak menunjuk dan menjawab.
Dari momen kecil itu, terjadi proses belajar sosial: anak memahami giliran berbicara, mendengarkan instruksi, dan merasa senang saat mendapat pujian. Semua itu adalah bentuk stimulasi bahasa dan emosional yang sehat.
Bermain bukan hanya tentang bersenang-senang, tapi cara anak belajar menjadi manusia.
Setiap kali anak menata sandwich, menyusun bagian tubuh, atau menjawab dengan flashcard, mereka sedang membangun kemampuan berpikir, berbahasa, dan bersosialisasi.
Seperti disampaikan oleh AAP, mainan terbaik bukan yang paling kompleks, tetapi yang mendekatkan anak dengan manusia lain dan dunia nyata.
Kisupp Studios percaya, tumbuh pintar bukan hanya soal tahu banyak hal, tapi juga tentang mampu memahami, berinteraksi, dan mencintai dunia dengan penuh rasa ingin tahu.






